Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (Gemasaba) menilai Sekretariat Jenderal DPR RI yang merenovasi ruang rapat Badan Anggaran DPR RI dengan nilai proyek Rp20,4 miliar telah melukai hati rakyat.
"Sebagian besar rakyat Indonesia masih hidup dalam kondisi sulit, tapi Setjen DPR RI malah merenovasi ruang rapat Badan Anggaran di DPR RI dengan biaya sangat mahal," kata Ketua Umum DPN Gemasaba, Ghozali Munir, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, pengadaan kursi impor untuk ruang rapat Badan Anggaran yang direnovasi harganya sangat mahal sehingga melukai rasa keadilan rakyat.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menurut dia, sebaiknya mendalami dan menyelidiki persoalan renovasi ruang rapat Badan Anggaran untuk mengetahui apakah ada penyimpangan anggaran atau tidak pada proyek tersebut.
"Jika dari hasil penyelidikan tersebut ditemukan indikasi adanya `mark up` anggaran agar segera diproses," katanya.
Proyek renovasi ruang rapat Badan Anggaran dengan ukuran 10 meter`x 10 meter dengan nilai anggaran Rp20,4 miliar, menurut dia, terlalu tinggi sehingga tidak rasional.
Selama ini, kata dia, proyek-proyek di DPR RI nilai proyeknya sering kurang rasional seperti proyek pengadaan kalender mencapai Rp1,3 miliar, pengadaan pengharum ruangan mencapai Rp1,5 miliar, serta pengadaan mesin fotokopi mencapai Rp8,8 miliar.
Menurut Ghozali, citra DPR RI semakin menurun karena ada kesan proyek-proyek di DPR RI kurang substansial.
Proyek renovasi ruang rapat Badan Anggaran DPR RI dengan nilai proyek Rp20,4 miliar, menurut dia, sangat besar jika untuk kebutuhan masyarakiat, misalnya untuk membeli pupuk bagi petani.
Ia juga mempertanyakan mengapa DPR RI membeli kursi untuk ruang rapat Badan Anggaran dari Jerman, padahal orang Jerman banyak yang membeli kursi produksi Indonesia.
"Produksi dalam negeri tidak kalah kualitasnya dengan produk impor. Dengan membeli produk dalam negeri, turut membantu perekonomian rakyat," katanya.
0 Komentar:
Posting Komentar