Microsoft Corporation tahun ini mengalokasikan dana total sekitar US$1 miliar untuk kegiatan corporate social responsibility dan pelayanan masyarakat.
“Kedua kegiatan tersebut di Microsoft merupakan bagian dari program Microsoft Citizenship,” kata Lori Harnick, General Manager, Citizenship and Public Affairs Microsoft di sela-sela seminar Accelerating Asia Pacific 2011, di Kuala Lumpur, Malaysia, 6-7 Desember 2011.
Microsoft (Getty Images) |
Microsoft Citizenship, kata dia, tidak seragam di seluruh dunia, karena setiap negara atau kawasan memiliki karakteristik dan problem yang berbeda-beda. “Indonesia misalnya, tentu memiliki masalah yang berbeda dengan negara lain.”
Chrisma Albandjar, Director of Corporate Affairs, Microsoft Indonesia, aebagai bagian dari Indonesia, Microsoft berusaha untuk mempercepat laju pertumbuhan negara ini merealisasikan potensinya dengan meningkatkan kemajuan perekonomian, sosial dan lingkungan. “Kami percaya dengan inovasi dan teknologi sebagai alat utama dan kerja sama, kita dapat mencapai visi Indonesia untuk menjadi masyarakat yang berbasis pengetahuan.”
Hal ini, lanjut dia, penting karena sesuai laporan Bank Dunia 2011, pada tahun 2025, lebih dari separuh pendapatan global akan datang dari enam negara-negara berkembang yaitu Indonesia, Brazil, China, India, Korea Selatan dan Federasi Rusia. Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia memiliki tujuan untuk menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke 12 di dunia, pada tahun 2025. “Target ini bukanlah hal yang mustahil.”
Menurut WEF Global Competitiveness Ranking, kata Charisma, Indonesia mempunyai kesempatan yang besar untuk berinvestasi untuk masa yang akan datang, baik dari segi sumber daya manusia, kebijakan, infrastruktur, sustainability dan teknologi. “Untuk itu, teknologi informasi dan komunikasi memegang peranan penting.”
Maka, lanjutnya, Microsoft, lembaga swadaya masyarakat, komunitas masyarakat dan pemerintah bekerja sama mencari solusi yang dapat menjawab masalah-masalah sosial, memberikan layanan publik yang lebih baik. Hal tersebut dilakukan melalui sistem terpusat pada manusia (people-centric systems) yang memberikan kebebasan data dan menghubungkan berbagai segmen di dalam komunitas masyarakat.
Menurut Charisma. Sejalan dengan tujuan pemerintah menghilangkan kesenjangan digital, meningkatkan skill masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan dan menstimulasi perekonomian lokal, Microsoft dan beberapa lembaga-lembaga nir laba telah mendirikan 120 Community Technology Center (CTC) di seluruh Indonesia. CTC ini memberikan pelatihan kepada komunitas masyarakat dan telah memberikan manfaat bagi lebih dari 2 juta orang.
Salah satunya adalah Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) yang telah mendirikan Rumah Belajar bagi anak-anak putus sekolah. Rumah Belajar ini telah membantu ribuan anak putus sekolah di Indonesia.
“Kami percaya bahwa anak-anak muda memiliki potensi yang besar. Mereka adalah calon pemimpin di masa yang akan datang. Melalui Rumah Belajar, mereka belajar bagaimana caranya bekerja di era abad 21,” kata Veronica Colondam, CEO Yayasan Cinta Anak Bangsa, yang juga hadir pada seminar tersebut untuk berbagi pengalamannya bersama lembaga swadaya masyarakat yang lain.
Menurut Charisma, dalam bidang pendidikan, Microsoft yakin bahwa para guru adalah agen perubahan. Oleh sebab itu, meningkatkan kualitas guru telah menjadi salah satu fokus pada program Microsoft Citizenship. Sejak 2008, Microsoft Indonesia mendukung dunia pendidikan melalui program Partner in Learning yang melibatkan lebih dari 290.000 guru serta memberikan dampak posiitif bagi 14,9 juta murid serta membantu sekolah-sekolah mendapatkan akses teknologi yang lebih baik.
Sumber • VIVAnews
0 Komentar:
Posting Komentar